Minggu, 08 September 2013

tahapan historis materialisme

A. Pendahuluan
Para pemikir yang percaya dengan aliran evolusionis menganggap bahwa “perubahan sosial” berlangsung secara linear dan menuju pada fase yang lebih tinggi. Paham ini bisa ditemukan dalam pemikiran tokoh klasik seperti Comte, Durkheim, Spencer, dkk. Sedangkan paham atau teori siklus melihat adanya perulangan sejarah yang terus-menerus. Sejarah tidak dilihat secara linear tetapi mengalami perputaran. Arnold Toynbee misalnya mengasumsikan bahwa sejarah seperti mahluk organis yang mengalami kelahiran, pendewasan dan keruntuhan.
Materialisme-Historis Marx, walaupun sebagaimana evolusionisme, mengandaikan “perkembangan sejarah”, namun memiliki keunikan dari evolusionisme. Sejarah, menurut paham ini, berkembang secara dialektis. Pemikiran ini berakar pada paham dialektika idealisme-nya Hegel. Secara filosofis, dialektika dapat digambarkan sebagai proses “tesis, anti-tesis dan sistesis”. Bedanya, Hegel menerapkan dialektika pada sesuatu yang abstrak yakni ide-ide, roh dan semangat (geist). Sedangkan Marx menekankan dialektika dalam realitas yang objektif.
Bahasan dalam tulisan ini dipetakan menjadi dua bagian. Pertama,pengertian materialism sejarah dan tiga tahap rekonstruksi sejarah.Pada bagian kedua, bahasan tulisan melangkah pada teori“praxis” Marx kaitannya dengan perubahan social.
B. Pengertian Materialisme Sejarah
Frans Magnis-Suseno mengingatkan bahwa “Materialisme-Marx”tidak mengandung makna filosofis sebagaimana filsafat materialisme awal, yang menganggap bahwa “seluruh realitas bersifat material saja”.[1]Namun, menurutnya, ia mengacu pada pengertian bahwa “pekerjaan jasmaniah atau produksi kebutuhan material manusia mendasari perkembangan kehidupan masyarakat”.[2]
M. Zaki Hussein mengulas tulisan Gidden tentang Materialisme Sejarah (bagian dua dalam buku Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis karya-tulis Marx, Durkheim dan Max Weber). Menurut Giddens, bahwa “materialisme Marx hanya berangkat dari suatu bentuk pemahaman bahwa kesadaran manusia merupakan produk interaksi antara manusia dengan dunia secara dialektis, dimana di dalam interaksi tersebut, manusia secara aktif memberikan bentuk kepada dunianya, dan demikian pula sebaliknya, dunia juga memberikan bentuk kepada manusia”.[3]
C. Citra Marxian Tentang Sejarah: Tiga Tahap Rekonstruksi
Para Marxian (sebutan untuk para penganut Marx) telah banyak melakukan revisi terhadap pemikiran Marx. Termasuk dalam hal ini mengenai Materialisme Sejarah. Penjelasan mengenai paham ini memiliki banyak versi mulai dari “Marxisme dogmatis dari Stalin (1879-1953) hingga interpretasi aktif dari Gramsci (1891-1937)”.[4]Tulisan ini sebenarnya tidak lain hanya menguraikan gagasan Piotr Sztompka mengenai “tiga tahap rekonstruksi” Marxian tentang materialism historis.
Terkait perkembangan pemikiran kaum Marxis yang satu sama lain berbeda, ada dua pendekatan yakni “ penjelasan bermusuhan” dan “penjelasan bersimpati”. Penganut yang pertama mempelajari pemikiran Marx untuk menunjukkan “…teori Marx tidak konsisten tanpa menunjukkan buktinya” (hlm. 185). Sedangkan yang kedua berupaya “melenyapkan keraguan atas pemikiran Marx (hlm. 185). Rekonstruksi materialism-historis bertolak dari pendekatan kedua ini.
Materialism-sejarah mengandung tiga tingkat yaitu “(1) teori formasi social ekonomi di tingkat puncak; (2) teori perjuangan kelas di tingkat menengah dan (3) teori tindakan individual di tingkat bawah” (hlm. 186). Ketiga ini merupakan sebuah bangunan teori yang utuh dimana satu sama lain saling berkaitan secara logis. Pemikiran Marx di tingkat tindakan individu dan struktur social merupakan penjelasan atas fenomena empiris yang menjadi landasan untuk menjelaskan tingkat sejarah dunia (formasi social ekonomi) yang abstrak.
Sztompka menggambarkan mengapa (di tingkat sejarah dunia) kapitalisme akan mengalami kehancuran sendiri dari dalam? Menurutnya, akibat “pemiskinan relative dan mobilisasi kelas buruh yang akhirnya meledak dalam bentuk revolusi anti-kapitalis”. Di tingkat struktur social, kenapa muncul dan terjadi perjuangan kelas? Karena manusia memiliki kecenderungan untuk berkuasa. Di tingkat inidividu, kenapa mereka mudah dimobilisasi? Karena individu mengalami keterasingan (hlm.187). Masih banyak lagi yang bisa digambarkan dari ketiga tingkat teori ini mulai implikasi ketiga kerangka teoritis ini (hlm. 187), tiga jalan perubahan sosia (hlm. 187), tiga gagasan revolusi (hlm. 188), tiga kepentingan (hlm. 188), tiga urutan mekanisme dialektika perubahan sejarah (hlm. 188), dan tiga jenis faktor perubahan (hlm. 189).
a. Teori “Spesies Manusia”
Pada tingkat ini, uraian panjang Piotr Sztompka bisa disederhanakan ke dalam dua hal yakni individu sebagai titik pangkal dari teori social, dan individu dalam kaitan hubungannya dengan lingkungan (hubungan dengan sesamanya dan alam).
Para teoris sosial sepakat bahwa individu adalah sasaran kajian individu. Tetapi dalam hal ini, yang membedakan dengan psikologi, perspektif sosiologis tidak menekankan individu per se tetapi relasinya dengan lingkungan. Menurut Sztompka bahwa “sasaran studi” sosiologi adalah “bangunan superindividual seperti interaksi, hubungan sosial, kolektivitas, komunitas, kelompok, masyarakat, dan sebagainya” (hlm. 191).
Ada dua jenis hubungan manusia. Pertama, hubungan patisipasi yakni hubungan sosial baik berupa kerjasama, persaingan dan sebagainya. Hubungan partisipasi juga berlaku pada hubungan manusia dengan lingkungan seperti “keselerasan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik” (hlm. 190). Hubungan kreasi adalah hubungan dengan alam, yakni bagaimana individu berusaha secara kreatif memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Hubungan ini juga mencakup hubungan dengan individu lain, misalnya “…mengubah, mendidik, dan meyakinkan orang lain” (hlm. 190), dan sebagainya.
Dua jenis hubungan manusia (partisipasi dan kreasi) tersebut senantiasa tercakup dalam “kerja” manusia. Di satu sisi, menurut Sztompka, bekerja berarti “objektivikasi, eksternalisasi, aktualisasi kemampuan dan kekuatan manusia dalam bentuk produk” (hlm. 196). Di sisi lain, bekerja senantiasa berhubungan sosial berupa “kerja sama, kompetisi atau menguasai orang lain” (hlm. 196).
b. Teori kelas
Sebagaimana di awal dijelaskan bahwa studi Marx tentang individu adalah hubungannya dengan yang lain. Individu berada dalam jaringan atau struktur hubungan sosial. Misalnya sebagaimana dikutip Sztompka, Marx mengatakan:
“Masyarakat bukanlah penjumlahan individu tetapi terwujud melalui totalitas hubungan dan situasi dimana individu saling berhadapan”. (1953:176).
Apakah basis ikatan sosial itu? Berbeda dengan Durkheim yang mengandaikan “consensus moral”sebagai faktorterbentuknya ikatan sosial, Marx justru menunjuk basis ikatan sosial yang terpenting adalah “situasi kepemilikan dalam arti kesamaan derajat pemilikan alat produksi: tanah, bahan mentah, bangunan, peralatan, mesin, dan capital” (hlm. 199). Kepemilikan dan keterbatasan alat produksi menentukan posisi di dalam masyarakat. Mereka yang memiliki akses terhadap alat produksi dengan mudah tidak saja dapat memenuhi kebutuhannya secara maksimal. Tetapi mereka juga memiliki posisi terhormat di dalam masyarakat. Sedangkan keterbatasan alat produksi bagi sekelompok lain membuat mereka bergantung kepada pemilik alat produksi. Namun, pada saat lain, kelompok yang memiliki keterbatasan alat produksi ini akan melahirkan kesadaran kepentingan bersama. Kedua kelompok ini disebut kelas sosial. Menurut Giddens, yang dikutip Sztompka (hlm. 200),
“Kelas sosial ditentukan oleh pengelompokan individu berdasarkan pemilikan pribadi atas alat produksi”.
Perbedaan antara kelas pemilik alat produksi dan yang tidak semakin lama akan semakin terkelompokkan menjadi dua kelas. Sebagaimana Marx katakan,
“Society as whole as more and more splitting up into two great hostile camps, into two great classes directly facing each other—bourgeoisie and proletariat”.[5]
Sztompka mencatat sumber utama perangsang dinamika polarisasi dan kristalisasi terus-menerus terdapat dalam kontradiksi struktur kelas yang saling berlawanan. Ada tiga jenis perlawanan diantara dua kelas yang berlawanan yakni “kontradiksi kelas”, “antagonism kelas” dan “perjuangan kelas” (hlm. 201).
c. Teori Formasi Sosio-Ekonomi
Ada dua hal yang kami catat dari penjelasan Sztompka di bagian terakhir ini yakni “sumber perangsang perubahan” dan “beberapa tahapan perubahan formasi sosio-ekonomi”.
Pertama, Perubahan di tingkat ini, demikian menurut Sztompka, berjalan secara otodinamis, terus-menerus dan dari dalam; yakni akibat kontradiksi endemic, penindasan dan ketegangan di dalam struktur (hlm. 202). Ada tiga tempat dimana perubahan ini terjadi, yakni (1) di perbatasan antara masyarakat dan lingkungan; (2) kontradiksi lain muncul antara tingkat teknologi yang dicapai dan organisasi sosial proses produksi yang ada, yang tak sesuai dengan kekuatan produktif yang tersedia; dan (3) kontradiksi terakhir muncul antara hubungan produksi yang baru terbentuk dan system politik tradisional (hlm. 203).
Kedua, Sztompka menegaskan bahwa pada tingkat ini ada lima formasi kehidupan sosio-ekonomi: komunitas primitive, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan komunisme; atau secara lebih sederhana meliputi (1) system pra-kelas, (2) masyarakat berkelas, dan (3) masyarakat tanpa kelas (komunisme).
D. Teori Multidimensional Tentang Penciptaan Sejarah
Di bagian ini, saya akan mengulas (1) hubungan timbal balik antara individu dan kondisi structural yang dimediasi oleh “praxis”, dan (2) sejauh mana individu menciptakan perubahan dan sejauh mana pula kondisi structural mempengaruhi individu.
Marx, dalam uraian Sztompka tidak menjelaskan praxis secara definitive. Tetapi dalam konteks ini, Sztompka memberikan batasan apa yang dimaksud dengan “praxis” adalah wilayah dimana tindakan individual dan kondisi structural bertemu.
Para Marxian sepakat bahwa manusia yang menciptakan sejarah. Misalnya, dalam Sztompka, Gramsci menegaskan bahwa “sejarah adalah kemauan manusia yang bertindak terhadap alam untuk mengubah dunia mereka, untuk mencapai tujuan mereka, dan untuk memenuhi kebutuhan mereka”. Atau Lukacs juga menyebutkan “sejarah tak lagi merupakan kejadian yang dapat dijelaskan dengan campur tangan kekuatan adikodrati…”. Jelas kedua pemikir ini mengacu pada kesimpulan yang menegaskan bahwa individu adalah actor utama sejarah, bukan yang lainnya. Hal ini yang dimaksud bahwa penciptaan sejarah disyaratkan “dari bawah”.
Namun di sisi lain, tak dapat disangkal bahwa keberadaan individu di dalam masyarakat dipengaruhi oleh kondisi structural masyarakat. Dalam hal ini sejarah disyaratkan berasal “dari atas”. Lantas dari mana kondisi structural ini lahir?
Terkait kondisi structural yang mempengaruhi tindakan individu, dapat ditemukan dalam uraian Marx berikut ini,
“Struktur yang membatasi tindakan sekarang dihasilkan dengan sendirinya oleh actor manusia, oleh tindakan masa lalu mereka atau oleh tindakan para pendahulu mereka. Para actor itu bukanlah manusia super melainkan ciptaan manusia” (hlm. 207).
Dengan kata lain, menurut Sztompka “ada serangkaian tindakan akumulatif yang dilakukan actor di dalam struktur yang ada; lalu menghasilkan struktur baru melalui tindakannya; dan kemudian bertindak lagi di dalam batas yang disediakan struktur baru itu” (hlm. 208).
“Sejarah tak lain adalah rangkaian generasi yang terpisah, masing-masing generasi mengeksploitasi material, membentuk capital dan kekuatan produkti yang diwariskan kepadanya oleh seluruh generasi yang mendahuluinya, dan dengan demikian; di satu pihak, melestarikan aktivitas tradisional di dalam keadaan yang sama sekali telah berubah dan di lain pihak, mengubah keadaan lama dengan aktivitas yang sama sekali berubah.
(Fromm, dikutip Sztompka).

[1] Frans Magnis Suseno, Etika Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003),hlm. 265
[2] Ibid, hlm 265
[3] Mohamad Zaki Hussein, Mengenai Materialisme Sejarah (ulasan terhadap salah satu bagian tulisanGidden dalam bukunya “Kapitalisme dan Teori Sosial”). Artikel ini diakses pada 29 Mei 2012 dari http://media.isnet.org/islam/Etc/Materialisme.html
[4] Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 184
[5][5] Karl Marx and Friedrich Engels, The Class Struggle, (“Social Change”, Eva Etzioni Halevy, ed.), hlm. 32

Sabtu, 07 September 2013

Pancasila sebagai Manual Bangsa

Sejarah Indonesia

Video Pembelajaran IPS Terpadu: Belajar Sejarah Indonesia Lewat Lagu

Bermain Peran dalam Pembelajaran IPS: Mengkonkretkan Kolonialisme Eropa

Pengajaran Sejarah secara "Open Classroom" (Lesson Study)

Media Pembelajaran - Sejarah Reformasi

hilangkan komedo secara alami

Gaya hidup yang tidak sehat, kelembaban dan polusi udara dapat mempengaruhi keadaan kulit, sehingga merangsang kelenjar minyak lebih aktif. Ini juga yang menyebabkan komedo timbul di wajah, terutama bagian hidung. Sebab, komedo berkembang ketika pori-pori kulit tersumbat oleh sel kulit mati, kotoran dan minyak berlebih.

Daripada pergi ke salon untuk melakukan facial, lebih baik Anda mencoba beberapa cara alami untuk menghilangkan komedo di hidung. Dikutip dari Boldsky, berikut ini beberapa cara alami yang bisa Anda lakukan di rumah.

1. Lemon
Membersihkan komedo bisa dengan bantuan lemon. Pijat wajah Anda, terutama bagian hidung dengan irisan lemon. Selain bisa mengelupaskan kulit mati, lemon juga berguna sebagai pemutih alami untuk memutihkan kulit.

2. Baking Soda
Buatlah maker buatan sendiri dengan campuran baking soda dan air. Lalu, pijatlah wajah Anda yang sebelumnya telah dibaluri masker, dengan gerakan melingkar. Cara ini sangat ampuh untuk menghilangkan komedo.

3. Telur
Telur juga bisa membantu menghilangkan komdeo pada wajah. Kocoklah telur dan tambahkan beberapa tetes madu. Lalu aduk rata dan oleskan pada wajah. Biarkan sampai mengering. Setelah itu, bilaslah dengan air dingin untuk menghilangkan komedo secara alami.

4. Pepaya
Buatlah masker dari pepaya. Buah ini bisa menjadi bahan yang efektif untuk menghilangkan komedo. Haluskan pepaya matang, tambahkan susu dan madu. Kemudian oleskan pada wajah dan biarkan kering. Setelah itu bilaslah dengan air.

5. Oat
Campurkanlah oat dengan susu. Kemudian, gunakan bahan tersebut untuk memijat wajah. Masker ini dapat menghilangkan komedo dan juga mengelupas kulit mati.

Selasa, 03 September 2013

hidup..


gak jelas ..


buat yang LDRan, nahan rindu itu emang susah ya.. susah banget :)
yah ,, begini.. saat pacar emang lagi sibuk2nya, kita bisa apa :) mentok2 ya kita harus selalu kasih semangat.. tapi di sisi lain sebenernya ya kita pingin kangen2an, manja2an dan apalah itu kayak relationship yg lain, yah walaupun cuma lewat alat komunikasi atau media sosial lainya.
hmm.. belum lagi pas kondisi pacar capek gegara seabrek kegiatanya, ketiduran.. dan ..cuma ada sedikit waktu buat kita deh pokoknya.. apa kabar sama kangen kita ??
ya,, ginilah.. cuma bs bt aja kan :) gak tau apa yg harus dilakukan dan harus gimana :') .
hmm kembali lg ke prinsipnya aja, kita masih sama2 sekolah,.. jalanin aja.. slow but sure yeeee.. kita bakal bareng terus nanti kok kalo udah waktunya .. AMIN.